Pengaruh Pemberian Olahan Tempe Kukus Terhadap Gejala Hot Flashes Pada Ibu Menopause



Evi Hasnita(1*), Neila Sulung(2), Nanda Novradayanti(3)

(1) STIKes Fort De Kock Bukittinggi
(2) STIKes Fort De Kock Bukittinggi
(3) STIKes Fort De Kock Bukittinggi
(*) Corresponding Author

Abstract


Menopause is a normal stage in a woman's life. The sign and symptom is hot flashes. According to observational data on some respondents, they had complaints during menopause, especially hot flashes symptoms. It is characterized by redness of the skin, palpitations, weakness, and anxiety and sleep disorders. The purpose of this study was to determine The Effectiveness of Steamed Tempe toward Potassium Flashes Symptoms of Menopause in Guguk Panjang Community Health Center Bukittinggi 2019. This study used Quasi-Experiment (One-Group Pretest - Posttest Design). It was conducted in 14 days on April 2019 in Guguk Panjang Health Center Bukittinggi. By using purposive sampling, 10 respondents were chosen as the samples. The data were analyzed by univariate and bivariate analysis by using T test. The results of this study showed that the average symptoms of hot flashes on the respondents before (pretest) steamed tempe was 4.00 (SD 0.635) and after (Posttest) was 2.49 (SD 0.421) with P-value = 0,000.    Then, there was a significant relationship between hot flashes felt by respondents before and after steamed tempe.

 

Menopause merupakan tahap normal dalam kehidupan wanita dengan berhentinya menstruasi, tanda dan gejalanya seperti hot flashes (rasa panas). Menurut data observasi pada beberapa responden mengalami keluhan pada masa menopause terutama gejala hot flashes yang ditandai dengan kemerahan pada kulit, palpitasi, kelemahan, dan kecemasan bahkan gangguan tidur. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian olahan tempe kukus terhadap gejala hot flashes pada ibu menopause. Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi-Eksperimen (One-Group Pretest - Posttest Design) yang di aplikasikan dengan rancangan pretest – posttest. Teknik pengambilan sampel diambil dengan metode Purposive Sampling dengan jumlah sampel 10 orang responden. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji T test. Penelitian dilakukan selama 14 hari pada bulan April 2019 di wilayah Puskesmas Guguk Panjang Kota Bukittinggi. Hasil penelitian didapatkan rata – rata gejala hot flashes pada responden sebelum (Pretest) pemberian olahan tempe kukus adalah 4,00 (SD 0,635)dan sesudah (Posttest) adalah 2,49(SD 0,421) dengan P-value 0,000. Hasil di atas didapatkan hubungan signifikan antara gejala hot flashes yang dirasakan responden sebelum dan sesudah pemberian olahan tempe kukus.


Keywords


Hot Flashes; Menopause; Steamed Tempe

Full Text:

PDF

References


Andrews, Gilly. 2009. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2 : EGC

Ariani, Sri Retno D., & Hastuti, W. (2009). Analisis Isoflavon dan Uji Aktivitas Antioksidan Pada Tempe Dengan Variasi Lama Waktu Fermentasi dan Metode Ekstraksi. Kimia Organik, Bahan Alam, dan Biokimia, 568-580.

Astuti, nurita puji. (2009). Sifat Organoleptik Tempe Kedelai Yang Dibungkus Plastik.

Astuti. (2014). Asuhan Kebidanan Ibu Menopause Dengan Hot Flush Di Posyandu Bina Bakhti Surakarta.

Astuti, Rahayu. (2012). Analisis Zat Gizi Tempe Fortifikasi Zat Besi Berdasarkan Pemasakan.

Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 : EGC

Centre, london health sciences. (2012). Hot Flashes. London Health Sciences Centre, 1–7.

Departemen Kesehatan. 2008.

Dinas Kesehatan Kota Bukittingi. 2019.

Djide, D. (2014). Ekstraksi Isoflavon Kedelai dan Penentuan Kadarnya Secara Ultra Fast Liquid Chromatography ( UFLC ) Soybean Isoflavones Extraction and Analysis Their Concentration by Ultra Fast Liquid Chromatography. Sainsmat, III(2), 130–134.

Fawwaz, D. (2017). Kadar Isoflavon Aglikon pada Ekstrak Susu Kedelai dan Tempe. Tekhnologi Dan Managemen Agroindustri, 6(3), 152–158.

Fox-Spancer, Rebecca. 2007. Sample Guide Menopause. Jakarta : Erlangga

Freedman, R.R. (2014). Menopausal Hot Flashes : Mechanisms, Endocrinology, Treatment. Psyciatry and Behavioral Neurosciences and Obstetrics and Gynecology. 1-14. https://doi:10.1016/j.jsbmb.2013.08.010.

Hekhmawati, S., & Sudaryanto, A. (2016). Gambaran Perubahan Fisik dan Psikologis Wanita Menopause, 5-14.

Korina, N.W.W., Sofiyanti.I. (2014). Penatalaksanaan Keluhan Pada Wanita Menopause Secara Non Farmakologis. Kebidanan, 204-209.

Muchtadi, T.R, Ayustaningwarno, F dan Sugiyono. (2010). Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Bandung : Alfabeta.

Mulyani, Tri, Sudaryati HP dan Eka Bagus Setiawan. (2013). Kajian Substitusi Ampas Tahu dan Penggunaan Natrium Bikarbonat Pada Pembuatan Tortilla. Tekhnologi Pangan. 6 (1) : 45 - 63.

Mulyati, D. (2006). Konsumsi isoflavon berhubungan dengan usia mulai menopause. Gizi Dan Makanan, 25(4), 148–154.

Mulyati, Budi. (2018). Tempe Sebagai Pengganti Hormon Estrogen Pada Reseptor Estrogen α dengan Metode Autodock Vina.Teknik Industri, 1(1), 7-14.

Notoadmodjo, Soekidjo. (2012). Metode Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam, (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Nursalam, (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Patil, S. S., Sambarey, P. W., Patil, C. S., Ss, P., Reprod, I. J., Obstet, C., & Mar, G. (2016). Menopausal syndrome : clinical presentation and management. Reproduction, Contraception, Obstetrics and Gynecology, 5(3), 757–761.

Pusat data dan Informasi Kesehatan RI, 2013.

Rostiana, T. (2009). Kecemasan pada wanita yang menghadapi menopause. Psikologi, 3(100), 76–86.

Ririn, Marta.S. (2014). Pengaruh Pemberian Kacang Kedelai (Tempe)Terhadap penurunan gejala hot flushes pada ibu menopause usia 45 - 59 tahun Di Desa Sumur Anyir Kecamatan Air Bungkal Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi. Skripsi.

Setiawati, D. (2014). Analisis kuantitatif isoflavon tempe secara cepat dan sederhana menggunakan metode kromatografi lapis tipis- densitometri. Farmasi Sains Dan Komunitas, 11(1), 13–17.

Suhaidah, Dedeh. (2013). Hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan perempuan dalam menghadapi menopause. Skripsi.

Sunil Somnath Patil, D. (2016). Menopausal syndrome : clinical presentation and management. Reproduction, Contraception, Obstetrics and Gynecology, 5(3), 757–761.

Suryo Prajogo, Nadine. (2009). Cara Indah Menghadapi Menopause. Yogyakarta : Locus.

Trisyani, E. (2016). Adaptasi Gejala Perimenopause Dan Pemenuhan Kebutuhan Seksual Wanita Usia 50-60 Tahun. Ilmiah Ilmu-Ilmu Kesehatan, 16(4), 1–9.

Utari, D.M., Rimbawan, Riyadi, H., Muhilal, & Purwantyastuti. (2010). Pengaruh Pengolahan Kedelai Menjadi Tempe dan Pemasakan Tempe Terhadap Kadar Isoflavon. Gizi dan Makanan, 33(2), 148-153.

Wayan, K. (2015). Penatalaksanaan Keluhan Pada Wanita Menopause Secara Non Farmakologis. Kebidanan, 204–209.




Copyright (c) 2019 Evi hasnita, Neila Sulung, Nanda Novradayanti

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

Published by Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah X

Khatib Sulaiman Street Padang
West Sumatera
Phone: +62751705637
Fax: +62751705637
Email: jurnal.lldikti10@ristekdikti.go.id

E-ISSN : 2477-6521
Â